Strategi pembelajaran
merupakan suatu seni dan ilmu untuk membawa pembelajaran
sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara
efesien dan efektif (T. Raka Joni, 1992). Cara-cara yang dipilih dalam menyusun
strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat
memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik (Gerlach and Ely).
Strategi belajar mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur dan kegiatan,
melainkan juga termasuk di dalamnya materi pengajaran atau paket pengajarannya
(Dick and Carey).
Faktor yang memengaruhi proses
pembelajaran terdiri dari faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan pribadi guru
sebagai pengelola kelas. Guru harus dapat melaksanakan proses pembelajaran,
oleh sebab itu guru harus memiliki persiapan mental, kesesuaian antara tugas
dan tanggung jawab, penguasaan bahan, kondisi fisik, dan motivasi kerja.
Faktor eksternal adalah
kondisi yang timbul atau datang dari luar pribadi guru, antara lain keluarga
dan lingkungan pergaulan di masyarakat. Faktor lingkungan, yang dimaksud adalah
faktor lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan sekolah. Berdasarkan
pendekatan yang digunakan, secara umum ada dua strategi pembelajaran yaitu
strategi yang berpusat pada guru (teacher
centre oriented) dan strategi yang berpusat pada peserta didik (student centre oriented). Pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada guru menggunakan strategi ekspositori,
sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik menggunakan
strategi diskoveri inkuiri (discovery
inquiry).
Discovery (penemuan) sering dipertukarkan pemakaiannya dengan
inquiry (penyelidikan). Discovery (penemuan) adalah proses mental dimana
siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental misalnya;
mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, membuat kesimpulan dan sebagainya.
Sedangkan konsep, misalnya; bundar, segi tiga, demokrasi, energi dan sebagai.
Prinsip misalnya “Setiap logam bila dipanaskan memuai”
Inquiry, merupakan perluasan dari discovery (discovery yang
digunakan lebih mendalam) Artinya, inquiry mengandung proses mental yang lebih
tinggi tingkatannya. Misalnya; merumuskan problema, merancang eksperimen,
melaksanakan eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data,
menganalisis data, membuat kesimpulan, dan sebagainya.
Selanjutnya Sund mengatakan bahwa penggunaan discovery dalam
batas-batas tertentu adalah baik untuk kelas-kelas rendah, sedangkan inquiry
adalah baik untuk siswa-siswa di kelas yang lebih tinggi. DR. J. Richard
Suchman mencoba mengalihkan kegiatan belajar-mengajar dari situasi yang
didominasi. guru ke situasi yang melibatkan siswa dalam proses mental melalui
tukar pendapat yang berwujud diskusi, seminar dan sebagainya. Salah satu
bentuknya disebut Guided Discovery Lesson, (pelajaran dengan penemuan
terpimpin) yang langkah-langkahnya sebagai berikut:
1.
Adanya problema yang akan
dipecahkan, yang dinyatakan dengan pernyataan atau pertanyaan
2.
Jelas tingkat/kelasnya (dinyatakan
dengan jelas tingkat siswa yang akan diberi pelajaran, misalnya SMP kelas III)
3.
Konsep atau prinsip yang harus
ditemukan siswa melalui keglatan tersebut perlu ditulis dengan jelas.
4.
Alat/bahan perlu disediakan sesuai
dengan kebutuhan siswa dalam melaksanakan kegiatan
5.
Diskusi sebagai pengarahan sebelum
siswa melaksanakan kegiatan.
6.
Kegiatan metode penemuan oleh
siswa berupa penyelidikan/percobaan untuk menemukan konsep-konsep atau
prinsip-prinsip yang telah ditetapkan
7.
Proses berpikir kritis perlu
dijelaskan untuk menunjukkan adanya mental operasional siswa, yang diharapkan
dalam kegiatan.
8.
Perlu dikembangkan
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka, yang mengarah pada kegiatan yang
dilakukan siswa.
9.
Ada catatan guru yang meliputi
penjelasan tentang hal-hal yang sulit dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
hasil terutama kalau penyelidikan mengalami kegagalan atau tak berjalan
Sebagaimana mestinya.
Sedangkan
langkah-langkah inquiry menurut dia meliputi:
1.
Menemukan masalah
2.
Pengumpulan data untuk memperoleh
kejelasan
3.
Pengumpulan data untuk mengadakan
percobaan
4.
Perumusan keterangan yang
diperoleh
5.
Analisis proses inquiry.
Terlebih dahulu harus kita ingat bahwa istilah “concept” (konsep)
mempunyai beberapa arti. Namun dalam hal ini kita khususkan pada pembahasan
yang berkaitan dengan kegiatan belajar-mengajar. Suatu saat seseorang dapat
belajar mengenal kesimpulan benda-benda dengan jalan membedakannya satu sama
lain. Jalan lain yang dapat ditempuh adalah memasukkan suatu benda ke dalam
suatu kelompok tertentu dan mengemukakan beberapa contoh dan kelompok itu yang
dinyatakan sebagai jenis kelompok tersebut. Jalan yang kedua inilah yang
memungkinkan seseorang mengenal suatu benda atau peristiwa sebagai suatu
anggota kelompok tertentu, akibat dan suatu hasil belajar yang dinamakan
“konsep”.
Kita harus memperhatikan pengertian yang paling mendasar dari istilah
“konsep”, yang ditunjukkan melalui tingkah laku individu dalam mengemukakan
sifat-sifat suatu obyek seperti : bundar, merah, halus, rangkap, atau
obyek-obyek yang kita kenal seperti rambut, kucing, pohon dan rumah. Semuanya
itu menunjukkan pada suatu konsep yang nyata (concrete concept). Gagne
mengatakan bahwa selain konsep konkret yang bisa kita pelajari melalui
pengamatan, mungkin juga ditunjukkan melalui definisi/batasan, karena merupakan
sesuatu yang abstrak. Misalnya iklim, massa, bahasa atau konsep matematis. Bila
seseorang telah mengenal suatu konsep, maka konsep yang telah diperoleh
tersebut dapat digunakan untuk mengorganisasikan gejala-gejala yang ada di
dalam kehidupan. Proses menghubung-hubungkan dan mengorganisasikan konsep yang
satu dengan yang lain dilakukan melalui kemampuan kognitif
No comments:
Post a Comment